Jumat, 18 Maret 2011

XMA-Exponential Moving Average

XMA merupakan penyempurnaan dari metode SMA. Seperti kita ketahui bahwa pembobotan SMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan sinyal perubahan trend. Pemberian bobot pada XMA sama seperti juga pada WMA, melibatkan periode. Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode yang kita gunakan maka semakin besar bobot nilai terakhirnya, maka pada XMA terjadi sebaliknya yaitu semakin panjangperiode yang kita pakai maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir yang kita pakai.

Secara matematis XMA kita tuliskan dalam bentuk sebagai berikut:

alt

Ok, mari kita lihat contoh perhitungannya. Dibawah ini adalah perhitungan XMA 6 periode:

No Data
Previous XMA XMA
1 25

2 24

3 28

4 24
5 26

6 27
25,666667 26,047619
7 29
26,047619 26,891155
8 30
26,891155 27,779396
9 31
27,779396 28,699567
10 30
28,699567 29,071119
11 29
29,071119 29,050799
12 31
29,050799 29,607713

Beberapa dari Anda yang memperhatikan data-data yang membosankan ini pastilah bertanya-tanya dari mana nilai previous XMA pada data nomor 6 karena bukankah kita belum sama sekali memiliki nilai XMA pada bagian sebelumnya? Jawabannya, nilai previous XMA tersebut adalah nilai SMA. Jadi, nilai XMA untuk data pertama adalah sama persis dengan nilai SMA. Dalam contoh diatas besarnya adalah 25,666667. Diperoleh dari (25+24+28+24+26+27)/6 = 25,666667. Sama persis dengan cara menghitung SMA bukan? (ayo lihat kembali pada bab sebelumnya!!).

XMA pada nomor 6 diperoleh dari rumus diatas yaitu :

alt

Perhitungan terus dilakukan seperti cara diatas untuk memperoleh nilai XMA berikutnya. Tapi sudahlah, Anda tidak perlu melakukan perhitungan seperti saya karena semuanya sudah tersedia secara otomatis pada masa sekarang. Namun jika Anda tertarik untuk melakukan cross check dengan apa yang saya berikan, silakan saja. Tidak ada yang menghalangi Anda.

Aplikasi XMA

Secara keseluruhan, peraturan pada XMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut ringkasannya:

No Posisi XMA Arti
1 XMA berada dibawah harga. Kondisi bullish / trend naik.
2 XMA berada diatas harga. Kondisi bearish / trend menurun.
3 XMA memotong harga dari bawah. Perubahan trend menuu bearish.
4 XMA memotong harga dari atas. Perubahan trend menuju bullish.
5 XMA periode lebih pendek memotong
XMA periode lebih panjang dari bawah.
Perubahan trend menuju bearish.
6 XMA periode lebih pendek memotong
XMA periode lebih panjang dari atas.
Perubahan trend menuju bullish.
7 XMA dengan periode lebih panjang berada
diatas XMA berperiode lebih pendek Kondisi bearish / trend menurun.
8 XMA dengan periode lebih panjang berada
dibawah XMA berperiode lebih pendek. Kondisi bullish / trend naik.

Nah, gambar dibawah ini adalah aplikasi dalam memprediksi trend yang akan terjadi dengan menggunakan XMA. Cara penggunaannya sama persis dengan penggunaan pada SMA.

alt

Penggunaan dengan memakai dua buah XMA juga dapat digunakan sama seperti pada SMA.

alt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar